Rabu, 18 Juli 2018

Latar Belakang Lahirnya Kapuccino (Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano)


Pendidikan;
Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat


Putus sekolah hingga kini masih menjadi masalah serius di Indonesia, khususnya daerah pedesaan dan pesisir. Fenomena putus sekolah di daerah pedesaan dan pesisir umumnya dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, sarana dan prasarana, serta rendahnya motivasi anak-anak di daerah tersebut untuk melanjutkan pendidikan. Berdasarkan data BKKBN 2010, angka putus sekolah di Indonesia mencapai 13.685.324 siswa dengan usia sekolah 7-15 tahun. Dari total angka putus sekolah tersebut, sekitar 627.947 siswa putus sekolah  berada di provinsi Sumatera Utara.
Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat berdampak langsung pada persepsi masyarakat mengenai pendidikan. Karena kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari masyarakat terpaksa  mengenyampingkan pendidikan anak. Fenomena mengenyampingkan pendidikan yang terus berlanjut akan membentuk persepsi bahwa pendidikan bukanlah hal penting yang harus ditunaikan. Terbentuknya persepsi tersebut ditengah-tengah masyarakat akan berdampak pada rendahnya atau bahkan hilangnya motivasi anak untuk melanjutkan sekolah. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai pentingnya pendidikan demi meningkatkan motivasi anak untuk melanjutkan sekolah, diantaranya memberi pengertian mengenai fungsi pendidikan, memberi gambaran mengenai berbagai profesi untuk memancing tumbuhnya cita-cita pada anak-anak, serta dukungan yang positif dari berbagai pihak.
Lantas siapa yang berkewajiban untuk memberi dukungan positif bagi masyarakat khususnya anak-anak? Dukungan ini idealnya datang dari berbagai pihak, tidak hanya dari pemerintah namun juga (dan terutama) dari pemuda pemudi Indonesia yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Kesempatan yang kita dapat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada dasarnya juga diikuti kewajiban untuk berbagi ilmu serta menebarkan semangat pendidikan kepada masyarakat sekitar. Dewasa ini, pemuda pemudi Indonesia khususnya mahasiswa harus dapat memaknai pendidikan dan proses pembelajaran tidak hanya sebagai proses menuntut ilmu dan memintarkan diri, namun juga untuk perduli serta berbagi semangat belajar kepada masyarakat.
Proses belajar dan mengenyam pendidikan yang dilakukan semata-mata demi memintarkan diri akan memiliki kebermanfaatan dan dampak yang lebih sempit dibanding proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan sembari mengasah rasa peduli kita. Dengan adanya rasa kepedulian serta ilmu yang didapat selama proses pendidikan  pada akhirnya kita dapat mengaplikasikan ilmu kita pada banyak hal. Ketika kita terjun ke tengah-tengah masyarakat dengan berbekal ilmu dan kepedulian, kita tidak hanya dapat berbagi ilmu namun juga berbagi semangat pendidikan agar ada lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang berjuang lebih keras untuk melanjutkan pendidikannya. Rasa peduli akan memimbing kita untuk banyak berkontribusi positif pada masyarakat. Masyarakat khususnya anak-anak yang menyaksikan dan merasakan kontribusi kita akan dapat melihat pentingnya serta fungsi pendidikan. Dengan begitu, mereka akan termotivasi untuk melanjutkan sekolah.
Hasil akhir yang kita harapkan adalah generasi yang termotivasi penuh untuk melanjutkan pendidikan serta meneruskan kepedulian yang kita lakukan. Jika generasi-generasi selanjutnya memiliki bekal ilmu serta kepedulian yang cukup maka kejayaan Indonesia sudah berada di depan mata kita.

Putri Desifa
Founder of Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano
@Kapuccino.id

Feature Mengabdi di Perbatasan Indonesia


Kita Jaga Punya Negara, Kuat.


Kita jaga punya negara, Kuat. Kalimat tersebut merupakan kalimat pertama yang menggugah hati saya begitu sampai di Desa Sadi, Atambua, Nusa Tenggara Timur. Sebuah desa yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Lima hari mengabid di Desa Sadi merupakan pengalaman ang sangat berharga bagi saya. Saya pribadi merasa belajar banyak dari peduduk desa Sadi. Kalau pada umumnya yang sering kita dengar adalah keluhan masyarakat, demonstrasi, ataupun aksi-aksi yang terkadang malah terdengar memojokkan masyarakat, penduduk Desa Sadi yang berada di garis terlusar Indonesia ini punya perspektif lain. saya ingat betul kalimat kedua yang menggugah saya. Kaimat ini dilontarkan oleh bapak kepala Desa Sadi
“Kita punya presiden, Bapak Jokowi, Punya kerjaan bukan Desa Sadi ini saja.”
Seketika saya kagum dengan pola fikir mereka yang begitu tulus. Keramahan warga desa benar-benar menjadi candu tersendiri bagi saya. Mereka senangiasa menyapa kami, para relawan, bahkan satu sama lain meski sesama anak-anak. Jika banyak orang yang meng elu-elu kan bahwa Indobnesia adalah negara dengan masyarakat yang ramah, naka di atas tanah Desa Sadi saya meng-iyakan kalimat tersebut.
            Meskipun berada di daerah perbatasan yang merupakan daerah terluar Indonesia, Desa Sadi sudah cukup mandiri. Saya bahkan kagum dengan semangat adik-adik disana untuk melanutkan sekolah, p-adahal ketika kami datang gedung SMA Desa Sadi baru saja diresmikan. Beberpa siswa malah datang dari desa sebelah yang berjarak sekita enam kilometer dari sekolah tersebut.
            Salah satu kendala terbesar Desa Sadi adalah air bersih. Letak geografis desa ini membuat desa ini kesulitan mendapatkan air bersih sehingga terpaksa berjalan ke sumur dipinggir huan untyk mendapatkan beberapa jeregen kecil air bersih. Atau alternatif lain yang mereka punya adalah membeli air bersih dari kota Atambua dengan harga 750.00,00 per tendonnya. Masyaallah. Betapa saya merasa sering membuang-buang air di asrama. Overall, kegiatan pengabdian kali ini benar-benar membekas di hati saya. Dan saya berharap akan berhasil membuka forum untuk sharing bersama mengenai hikmah-hikmah yang bisa dibagi terutama bersama keluarga Etos Medan.



            Putri Desifa Parahima Ritonga
            Etoser Medan 2016

Bahwa Kebaikan adalah Musafir yang Tak Pernah Berkhianat


Bahwa Kebaikan Adalah Musafir yang Tak Pernah Berkhianat
(Setiap Konribusi Pada Kebaikan Adalah Bakti Untuk Negeri)

Menjadi penerima manfaat Beastudi Etos Indonesia merupakan rezeki yang sangat tak terhitung. ada banyak pelajaran yang saya dapatkan sejak bergabung dalam Beastudi Etos Indonesia, terutama dalam program Despro, yakni Desa Produktif: Sebuah program sosial yang berfokus pada bidang pendidikan yang dilakukan oleh penerima manfaat Beastudi Etos, untuk wilayah saya Despro dilakukan di Desa Ndeskati, Desa yang sangat dekat dengan kaki gunung Sinabung.



Ada yang menarik dari siklus dalam hidup. Tentang bagaimana terkadang kita hadir untuk memenuhi sebuah ruang bagi orang lain, dan ia hadir untuk mengisi sebuah ruang bagi orang yang lain lagi, terus berputar sampai pada orang terakhir yang ternyata hadir untuk mengisi ruang dalam diri kita. Seperti siklus kebaikan. Sebuah kebaikan akan terus berputar, berkelana mencari tuannya. Dan yang menarik ialah sering kali saat kebaikan itu menemukan tuannya untuk kembali, ia adalah musafir yang kenyang, ia adalah musafir yang bahagia, ia adalah musafir yang jauh lebih besar ketimbang saat ia pergi dulu. Dan setelah semua pengembaraan serta perputarannya, ia, sang musafir kebaikan, selalu tahu jalan pulang. Karena kebaikan adalah musafir yang tak pernah berkhianat. Betapa indahnya bukan?
Bismillah, yang saya tuliskan disini bukanlah dalam maksud riya, melainkan untuk sama-sama kita pelajari. Kami pernah mengalami siklus ini. Suatu hari di bulan-bulan awal masuk kuliah ada seorang teman yang bekuliah di jawa menghubungi saya, bercerita tentang bagaimana ia benar-benar sedang bingung, uang simpanan orang tuanya sudah nyaris habis untuk biaya keberangkatannya ke pulau jawa serta keperluan-keperluan awal kuliah. Saat itu beliau benar-benar dalam desakan ekonomi dan nyaris diusir dari kosannya karena tunggakan pembayaran. Mendengar hal itu tentu saya sangat sedih, namun apa mau dikata saya dan teman-teman yang lain juga baru memasuki masa awal kuliah sehingga juga baru memborbardir tabungan kami.
Setelah seharian kami tak jua menemukan jalan keluar akhirnya saya mencoba bertanya pada ibu, meskipun saya tahu bahwa saat itu ibu juga benar-benar sedang sulit, namun saya hanya berfikir ‘apa salahnya mencoba?‘ saya lalu menghubungi ibu lewat pesan singkat dan menceritakan bagaimana keadaannya. Dan malam itu, ibu telah mengajarkan hal yang luar biasa. Ibu berkata bahwa ia masih memiliki uang simpanan, meskipun jumlahnya tidak mencukupi untuk membayar tunggakan sewa kamar teman tersebut, tapi ibu berharap setidaknya itu bisa membantunya. 150.000,00. Ya, seratus lima puluh ribu, saya sempat ragu malam itu. Sempat juga terbersit niat untuk menyarankan ibu agar tak usah meminjamkannya ke teman tersebut sebab saya faham betul keadaan di rumah dan saya yakin bahwa uang itu adalah simpanan terakhir ibu. Tapi ibu membalas pesan saya dengan tegas. Berkata bahwa dalam berbuat kebaikan kita harus yakin, saya lalu teringat nasihat-nasihat ibu, tentang bagaimana  kebaikan adalah musafir yang tidak pernah berkhianat. Bahwa kebaikan adalah musafir yang tidak pernah berkhianat. Ibu selalu yakin bahwa Allah yang baik selalu punya rencana. Bagaimana empati sangat berperan dalam rotasi kebaikan, ibu membayangkan bahwa teman itu adalah saya, dan bagaimana hal itu sangat menghimpit hatinya. Ya, empati, bagaimana kita mencoba memosisikin diri kita di posisi saudara kita yang sedang kesulitan.
Maka dikirim ibulah uang tersebut, dan Ya. Kebaikan adalah musafir yang tak pernh berkhianat. Beberapa hari berselang ibu mendapat rezeki yang luar biasa, seorang saudara secara Cuma-Cuma memisahkan sebagian hartanya untuk kami, satu juta lima ratus ribu, masyaallah tepat sepuluh kali lipat dari nominal yang dipinjamkan ibu keteman saya. Kebaikan adalah musafir yang tak pernah berkhianat, yang pulang dalam keadaan kenyang dan jauh lebih besar dari keadaannya saat pergi.
Ada juga kisah yang sangat membekas bagi saya. Bismillah, hamba berlindung kepada-Mu Ya Allah dari sifat riya. Kisah ini terjadi beberapa hari sebelum tahun baru 2017. Saya dan saudara-saudara dari etos mengikuti sebuah kajian dan aksi dana di masjid Al-Jihad, sebuah masjid di kota Medan. Tidak tahu kenapa, tapi saya merasa nyaman sekali di masjid itu, bahkan sempat terbersit di hati saya sebuah harapan agar dapat sering-sering ke masjid itu. Sayangnya mesjid itu cukup jauh dari tempat saya tinggal. Aksi dana itu ditujukan kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Saya sangat tersentuh mendengar bagaimana kondisi mereka, merasa kecil dengan segala keluhan-keluhan saya selama ini, saat kotak sumbangan mulai diedarkan saya mulai bimbang, mengingat uang yang saya pegang adalah nafas-nafas terakhir dompet saya dan sudah saya niatkan untuk ongkos pulang kampung selama libur tahun baru. Namun teringat kembali nasihat ibu, bahwa dalam berbuat kebaikan kita harus yakin. Maka dengan bismillah saya mengikuti kata hati untuk berkontribusi dalam aksi dana tersebut. Dan dalam hati saya berdoa “Ya Allah, uang ini sesungguhnya milik-Mu. Dan Engkau lebih tahu siapa yang lebih membutukannnya saat ini dan kapan hamba-Mu ini benar-benar membutuhkannya”
Beberapa bulan berlalu, uang tabungan mulai benar-benar menipis dan saya sangat bingung. Suatu hari saya dihubungi seorang teman. Ia menanyakan apakah saya bersedia mengajar privat untuk keponakannnya. Saya pun bersedia, jadwal mengajarnya setelah maghrib, maka saya memutuskan untuk datang sejak sore dan salat magrib di masjid terdekat disana agar bisa datang tepat waktu. Dan ternyata masjid terdekat dari alamat tersebut adalah masjid Al-Jihad betapa senangnya saya saat itu, harapan saya agar dapat berkesempatan kembali menegakkan salat di masjid itu ternyata didengar Allah. Dan Allah mengabulkannya dalam bentuk reguler selama jadwal mengajar. Setelah salat magrib saya lalu mencari alamat dan menemukan rumah yang dituju, dan masyaaallah keluarga tempat saya mengajar benar-benar baik dan adik yang saya ajar malah banyak memberi ilmu buat saya, mengajarkan hal-hal sederhana bermakna besar yang sering kali kita lewatkan. Dan ternyata, insentif yang diberikan jauh lebih tinggi dari ekspektasi saya. Entah mengapa, dalam keharuan itu saya ingat kembali doa saya beberapa bulan yang lalu di Masjid Al-Jihad. Allah lebih tahu kapan kita benar-benar sedang membutuhkan. Masyaallah. Ya. Kebaikan adalah musafir yang tak pernah berkhianat, yang sering kali pulang dalam keadaan kenyang, bahagia dan jauh lebih besar ketimbang saat pergi.
Mungkin kita sering bertanya-tanya, “ Aku bukanlah seseorang dengan harta yang melimpah bukan pula orang tersohor yang punya pengaruh besar, lantas, bagaimana aku harus berkontribusi dalam kehidupan ini, baik untuk negri atau segi apapun ?” jawabannya adalah, insyaallah akan selalu ada jalan. Ada banyak hal yang bisa kita kontribusikan, ntah itu harta, waktu, tenaga, nasihat, atau bahkan hanya sebuah kehadiran. Seperti yang terjadi di wilayah desa produktif etos medan. Desa Ndeskati, dengan jarak berkisar 79 Km dari kota Medan, sebuah desa dimana saudara-saudara kita berperang batin untuk mempertahankan keimanan dan keislamannya. Kami dari penerima manfaat beastudi Etos Medan secara reguler dihari minggu datang ke Ndeskati. Melalui kegiatan itu, kita berharap bisa saling berbagi ilmu, namun sebenarnya hal yang sebenarnya paling berkesan di hati saya selama masa desa produktif adalah eksisteni. Makna dari sebuah kehadiran. Mungkin kita belum mampu untuk berkontribusi secara materi atau tenaga, tapi insyaallah selalu ada jalan. Dan jalan untuk kontribusi pada desa Ndeskati adlah berbagi ilmu serta kehadiran. Kedatangan kita di desa Ndeskati diharapkan bisa menunjukkan eksistensi dari sebuah ukhuwah. Untuk merangkul batin saudara-saudara kita di sana dalam perang mempertahankan keimanan dan keislamannya.
Nah, coba perhatikan sekeliling kita. Jadilah peka dan kuatkan empati. Barangkali saat ini ada saudara kita yang sedang membutuhkan nasihat kita, yang sedang membutuhkan bantuan kita  atau mungkin sedang membutuhkan sebuah kehadiran kita untuk membuktikan kepadanya ukhuwah itu nyata, bahwa ia tak sendirian. Karena kita kadang tak sadar, bagaimana kehadiran kita bisa mengisi ruang kosong dalam diri orang lain, sementara ruang kosong dalam diri kita sendiri pun ternyata jua diisi oleh orang lain, melalui ukhuwah dan kontribusi. Bagaimana satu bentuk sederhana dari kepedulian dan kontribusi yang kita lakukan mampu menguatkan atau bahkan menginspirasi orang lain. Atau bagaimana satu kebaikan yang kita buat bisa menjadi kontribusi besar bagi orang lain. Kita sering tak sadar.
Seperti kata ibu, dalam berbuat kebaikan kita harus yakin. Karena kebaikan adalah musafir yang tak pernah berkhianat, yang sering kali pulang dalam keadaan kenyang dan bahagia serta jauh lebih besar ketimbang saat pergi.
Maka amatilah dan yakinlah. Lihatlah sekeliling kita. Mari berempati dan mari berkontribusi. Takbir!


#salam menginspirasi
#salam kotribusi

Putri Desifa Parahima Ritonga
Etoser Medan 2016

Minggu, 02 Juli 2017

     Testimoni(2) Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

   Ada banyak hal baru yang saya pelajari selama mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan. misalnya saja tentang bagaimana konsep remedial yang sebenarnya which is jauh banget dari persepsi saya selama ini. selain itu, saya merasa mata kuliah inu sangat penting. terutama bagi kikta yang berniat berkecimpung dalam dunia kependidikan.

   over all, mata kuliah ini sangat bermanfaat dan menarik bagi saya. ^^



                                     Bimbingan Konseling


Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.

Pengertian Bimbingan
a)      Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
a.     menunjukkan jalan (showing the way),
b.     memimpin (leading)
c.       memberikan petunjuk (giving instruction),
d.      mengatur (regulating),
e.      mengarahkan (governing), dan
f.        memberi nasihat (giving advice).

b)      Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a.     Miller (1961), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b.     Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c.      Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
d.     Djumhur dan M. Surya  memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti :  bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pengertian Konseling
1)      Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

2)      Pengertian Konseling Secara Terminologi
a.     Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
b.     James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan datang.
c.      Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
d.     Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
e.      Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
f.       Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
g.     Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah  kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.

B.   TUJUAN BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah:
1.      Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
2.      Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
3.      Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
4.      Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5.      Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.

Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar (akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).

C. ARAH PELAYANAN BK
a.      Pelayanan Dasar
Pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b.      Pelayanan Pengembangan
Pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengem-bangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh Guru BK atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.

c.       Pelayanan Teraputik,
Pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengem-bangan, dan pelayanan peminatan.

d.      Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/ Pendalaman Minat Studi Siswa
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.    

e.       Pelayanan Diperluas
Pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi siswa. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.



Sumber :
http://harjulitaq.blogspot.co.id/2015/09/makalah-pengertian-bk-tujuan-bk-dan.html

          LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN



Murid perlu lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi manajemen kelas umum untuk memberikan lingkungan ini, cara efektif membuat dan mempertahankan aturan, dan strategi positif untuk membuat murid mau bekerja sama.

Strategi Umum

Meliputi penggunaan gaya otoritatif dan manajemen aktivitas kelas secara efektif.

·                                  Menggunakan Gaya Otoritatif

Gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Sedangkan gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restruktif dan punitif. Fokusnya pada ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru bersikap otoriter dan murid cenderung pasif, tidak mau berbuat inisiatif aktivitas, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Muridnya cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

·                                 Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif

Manajer kelas yang efektif mampu memahami aspek-aspek berikut :
ü  Memonitor perkembangan murid dan menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”
ü  Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif
ü  Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
ü  Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang

Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
·       
                                    Membedakan Aturan dan Prosedur

Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku. Aturan berfokus pada ekspektasi umum  atau spesifik atau standar perilaku. Prosedur atau routines, berisi ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, bukan melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
Aturan cenderung tidak berubah karena mengatur dasar-dasar tindakan kita terhadap orang lain, diri sendiri, dan tugas, seperti menghormati orang tua dan hak milik, dan tidak mengganggu orang lain. Di lain pihak, prosedur mungkin berubah karena rutinitas dan aktivitas di kelas juga bisa berubah.

·                                  Mengajarkan Aturan dan Prosedur

Beberapa guru melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan  akan mendorong mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Keterlibatan murid dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentu aturan dan makna dari aturan. Berikut ini empat prinsip yang harus diingat saat menyusun aturan dan prosedur di kelas (Weinstein, 1997) :
1.       Aturan dan prosedur harus masuk akal dan dibutuhkan.
2.       Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami.
3.  Aturan dan prosedur harus konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran.
4.      Aturan kelas harus konsisten dengan aturan sekolah.

Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
              
Ada tiga strategi agar murid mau diajak bekerja sama, yaitu : menjalin hubungan positif dengan murid, mengajak murid untuk berbagi, dan mengemban tanggung jawab dan memberi hadiah pada perilaku yang tepat.
·        
                                    Menjalin Hubungan Positif dengan Murid

Sebuah studi menemukan bahwa, selain membuat aturan dan prosedur yang efektif, juga menunjukkan perhatian pada murid. Perhatian ini menyebabkan kelas dirasakan aman dan nyaman bagi murid dan mereka merasa diperlakukan secara adil.
Child Development Project (CDP) adalah program SD dimana guru dan administrator membangun hubungan yang suportif dengan murid dan mendorong murid untuk mengembangkan hubungan yang hangat satu sama lain. Evaluasi riset atas CDP di sejumlah sekolah di berbagai menunjukkan bahwa murid yang berpartisipasi dalam proyek tersebut lebih kooperatif, punya pemahaman sosial yang lebih baik, punya keahlian memecahkan konflik yang lebih baik dari pada yag tidak mengikuti program tersebut.

·                                     Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengemban Tanggung Jawab

                 Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid dalam membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu.

·                                    Beri Hadiah terhadap Perilaku yang Tepat

                 Berikut ini beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas.
a.      Memilih penguat yang efektif.
b.      Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
c.       Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku mereka.


Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia

            Tes Standar


Apa Itu Tes Standar ?

Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.
Tes berbasis standar (standards-based test), yaitu tes yang menilai kemampuan/keahlian yang diharuskan dipunyai murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau kelulusannya.
Tes berisiko tinggi (high-stakes testing) adalah menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulus.
Perbedaan dengan tes standar dengan tes yang dibuat guru :
1.      Tes buatan guru berfokus pada tujuan instruksional untuk kelas tertentu. Tes standar mencakup berbagai materi yang diajarkan disetiap kelas.
2.      Banyak tes standar yang memiliki aturan umum dan kebanyakan telah dievaluasi validitas dan reliabilitasnya.

Tujuan Tes Standar

1.      Memberikan informasi tentang kemajuan murid
2.      Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
3.      Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus
4.      Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
5.      Membantu administrator mengevaluasi program
6.      Memberikan akuntabilitas

Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar

·         Norma

Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (norm group)  yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes dikatakan didasarkan pada norma nasional (national norms) apabila kelompok norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional. Selain norma nasional, tes standar juga dapat mengandung norma kelompok spesial dan norma lokal. Jadi, evaluasi kinerja tes murid mungkin akan berbeda-beda tergantung kepada norma kelompok yang dipakai.

·         Validitas

Validitas yaitu sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Dari segi karakteristik tes itu sendiri, ada tiga tipe validitas :
-         Validitas isi : kemampuan tes untuk mencakup sampel (to sampel) isi yang hendak diukur.
-         Validitas kriteria : kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain. Validitas kriteria dapat bersifat concurrent dan predictive. Concurrent validity adalah relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini. Predictive validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid.
-         Validitas konstruk (construct validity) : sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah ciri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti inteligensi (kecerdasan), gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.

·         Reliabilitas

Yaitu sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Agar bisa disebut reliabel, nilai harus stabil, dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara antara lain :
-         Test-retest reliability, adalah sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda.
-         Alternative-forms reliability  ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya.
-         Split-half reliability adalah reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil. Nilai pada dua set item itu dibandingkan guna menentukan seberapa konsistenkah kinerja murid di kedua set itu.

Reliabilitas dipengaruhi oleh sejumlah kesalahan dalam pengukuran. Murid mungkin memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai namun tidak bisa konsisten dalam mengerjakan beberapa tes karena sejumlah faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kesehatan, motivasi, dan kecemasan. Faktor eksternalnya antara lain petunjuk soal yang tidak memadai, soal yang kabur, sampel informasi yang buruk, dan penilaian yang tidak efisien. Ketika murid meraih hasil yang tidak konsisten pada tes yang sama, periksalah dengan cermat faktor-faktor internal dan eksternal yang mungkin menimbulkan ketidakkonsistenan ini.
Validitas dan reliabilitas saling terkait. Sebuah tes yang valid itu reliabel, tetapi sebuah tes yang reliabel tidak selalu valid.

·         Keadilan

Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gender, etnis,  atau faktor subjektif seperti bias penilai.



Sumber :
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenadamedia

Latar Belakang Lahirnya Kapuccino (Kampung Cita-Cita Nelayan Oceano)

Pendidikan; Menimba Ilmu dan Mengasah Kepedulian Demi Mengaktualisasikan Kontribusi Positif di Masyarakat Putus sekolah hingga kin...